BYD Atto 1 Tekan LCGC, Mobil Listrik Tiongkok Murah Guncang Pasar Otomotif Indonesia

Otomotif5 Views

10drama.com -JAKARTA –Pasar mobil Indonesia sedang mengalami perubahan besar. Jika selama ini Low Cost Green Car (LCGC) menjadi kendaraan favorit masyarakat, semester pertama 2025 menunjukkan perkembangan yang memprihatinkan.

Data GAIKINDO menunjukkan penjualan grosir LCGC hanya sebesar 64.063 unit, turun sebesar 28,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan bulanan terus berlanjut, dengan Februari 2025 mengalami penurunan 45,4% YoY dan Maret turun 38% YoY.

Di sisi lain, muncul gelombang baru dari arah yang tidak terduga: mobil listrik murah asal Tiongkok. BYD Atto 1, yang diluncurkan dalam GIIAS 2025 dengan harga Rp195 juta, langsung memasuki kategori harga LCGC varian paling tinggi.

Dalam enam bulan pertama tahun 2025, BYD telah mencatat penjualan sebanyak 14.092 unit, menunjukkan tanda kuat bahwa konsumen Indonesia mulai mempertimbangkan kendaraan listrik bukan hanya sebagai simbol gaya, tetapi juga sebagai pilihan yang masuk akal.

Pertarungan Nilai dan Citra

LCGC seperti Toyota Agya atau Daihatsu Ayla masih menjadi pilihan bagi masyarakat yang mencari kendaraan dengan harga paling murah. Harga varian dasar Ayla dimulai dari Rp140 jutaan, sementara Agya mulai dari Rp173 jutaan.

Namun, perbedaan harga dengan EV seperti Atto 1 semakin kecil jika dibandingkan dengan varian tertinggi LCGC yang mencapai Rp196–262 juta.

Konsumen perkotaan kini menghadapi pilihan sulit: memilih mobil bensin yang murah dengan teknologi yang sudah teruji, atau sedikit meningkatkan anggaran untuk mendapatkan kendaraan listrik dengan fitur canggih, biaya pemakaian yang lebih rendah, serta citra yang lebih ramah lingkungan.

Mengapa LCGC Mulai Tertekan

Harga Terjangkau – Mobil listrik murah mencapai harga varian teratas LCGC.

Biaya Operasional – Listrik jauh lebih hemat dibandingkan bensin; perawatan kendaraan listrik juga sedikit.

Dukungan Regulasi – Kendaraan Listrik (EV) mendapatkan insentif pajak dan promosi dari pemerintah, sedangkan LCGC tidak.

Tren Pengguna – Kelas menengah perkotaan mulai melihat kendaraan listrik sebagai lambang gaya hidup yang modern.

Tidak Punah, tapi Menyusut

LCGC kemungkinan besar tidak akan hilang dalam waktu dekat. Di wilayah yang masih minim infrastruktur pengisian daya, mobil berbahan bakar bensin tetap lebih efisien. Segmen pedesaan, pelaku usaha kecil menengah, serta pembeli pertama dengan anggaran terbatas masih menjadi pasar yang menjanjikan bagi LCGC.

Namun, jika harga kendaraan listrik terus menurun dan jaringan pengisian daya semakin berkembang, peran LCGC akan berubah dari “mobil untuk rakyat perkotaan” menjadi “kendaraan fungsional” untuk daerah tertentu.

Produsen LCGC perlu segera mengembangkan model BEV terjangkau yang berbasis platform LCGC atau memperkenalkan varian hybrid entry-level.

Pemerintah perlu mengimbangi insentif kendaraan listrik dengan kebijakan yang tidak menghancurkan sektor otomotif tradisional secara tiba-tiba.

Pengguna disarankan untuk menghitung Total Cost of Ownership (TCO) sebelum membuat keputusan, bukan hanya memperhatikan harga pembelian.

LCGC sedang mengalami tahap yang sangat penting LCGC berada dalam masa yang kritis LCGC saat ini sedang memasuki tahap yang sangat menentukan LCGC sedang memasuki periode yang penuh tantangan LCGC tengah menghadapi fase yang sangat kritis

Kedatangan BYD Atto 1 dan kemungkinan munculnya gelombang mobil listrik terjangkau lain dari Tiongkok menjadi tantangan terbesar sejak berdirinya program mobil murah ini sepuluh tahun lalu.

Pertandingan berikutnya tidak hanya berkaitan dengan mesin melawan baterai, tetapi juga tentang persepsi, teknologi, dan nilai yang disajikan. Siapa yang lebih cepat beradaptasi, akan berhasil bertahan.