Ilmu Pengetahuan, Pembentukan Karakter Manusia Unggul

Inspirasi, YLPI UIR1890 Views

Pekanbaru, Riau- Fenomena persoalan kehidupan manusia di zaman ini dari dulu sampai sekarang tiada habis-habisnya. Apa penyebabnya? Bagaimana manusia memandang hal ini?. Tentunya pemahaman yang benar dan tepat perlu menjadi pijakan. Pijakan bagi manusia adalah yang diturunkan Allah Ta’ala tidak bisa diragukan lagi. Siapa yang ragu berarti bukan termasuk orang-orang yang beriman kepada Allah Ta’ala. Di antara rukun iman adalah beriman kepada apa yang diturunkan oleh Allah Ta’ala.

Melihat apa yang dikatakan oleh shahabat Abu Darda’ Radhiyallahu ‘Anhu memberi pemahaman yang benar dan tepat. Abu Darda’ Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Kamu tidak akan bertakwa hingga kamu berilmu; dan ilmumu tidak akan baik hingga kamu mengamalkannya.” (Jami’ Bayānil ‘Ilmi wa Fadhlihi, hlm. 698). Dari perkataan ini dapat dipetik pelajaran bahwa perintah takwa dari Allah Ta’ala adalah suatu yang wajib. Tidak akan tercapai ketakwaan kecuali dengan ilmu, ilmu tidak akan bermanfat hingga manusia itu mengamalkannya.

Ilmu apa yang dimaksud dari perkataan Abu Darda’ Radhiyallahu ‘Anhu tersebut? Yang dimaksud adalah ilmu apa yang Allah Ta’ala wahyukan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Imam Asy-Syafi’i Rahimahullahu Ta’ala mengatakan, Setiap ilmu selain al-Qur`an adalah kesibukan, Kecuali al-Hadits dan ilmu tentang pemahaman agama. Ilmu itu apa yang padanya mengandung “ungkapan telah menyampaikan kepada kami” (sanad). Sedangkan selain itu, adalah bisikan-bisikan setan. (Diwan Imam Syafi’i, hal. 30, Darul Manar). Masya Allah penjelasan yang mendalam dari Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah Ta’ala tentang makna ilmu yang dimaksud dari apa yang perlu dipahami setiap manusia.

Ilmu inilah yang dapat menepis fitnah (ujian) syahwat (hawa nafsu yang diharamkan Allah) dan syubuhat (perkara antara halal dan haram yang mendatangkan dosa dan kesesatan). Jika setiap manusia mampu memiliki ilmu ini maka persoalan kehidupan manusia tidak akan berlarut-larut dan terjadi berulang-ulang. Memang sampai hari kiamat tidak akan habis-habisnya antara haq dan bathil. Akan terus bergejolak. Tetapi apakah manusia mau mendapatkan hidup sengsara dunia dan akhirat? Padahal kebahagiaan hidup ini adalah dengan kembali kepada Islam. Islam tidak akan bisa dipahami kecuali dengan mempelajari Al-Qu’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an dan As-Sunnah tidak akan bisa dipahami kecuali dengan belajar bahasa Arab. Karena Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah wahyu Allah yang berbahasa Arab.

Sungguh ilmu mengubah karakter manusia menjadi karakter unggul. Karakter yang tidak mengikuti syahwat dan syubuhat. Betapa hari ini kita menonton, membaca, dan mendengar manusia tidak punya malu lagi berbuat zina, dan berbuat dosa yang lainnya. Sebab apa hal itu terjadi? Sebab mereka kurang ilmu bahkan tidak punya ilmu. Kemudian tidak mengamalkan ilmunya jika punya ilmu. Dan mereka tidak merasa pengawasan Allah ada setiap saat. Padahal Allah Ta’ala Maha Melihat dan Maha Mengetahui apa yang dikerjakan manusia. Buah ilmu belum merasuk ke dalam jiwanya sehingga pengawasan Allah Ta’ala tidak disadarinya. Allahul Musta’an (Allah Tempat Meminta Pertolongan).

Di samping itu ilmu dituntut dan diamalkan, perlunya manusia berkumpul dan berteman dengan orang-orang shalih dan shalihah. Dengan lingkungan yang penuh iman dan amal shalih, manusia terkendali dan terawasi untuk menjaga dirinya dari cengkraman syahwat dan syubuhat. Dahsyat syahwat dan syubuhat akan terus menghantui manusia setiap saat. Berhati-hatilah kita dari semua itu agar hidup ini tenang, bahagia, dan lurus.

Para ulama menjelaskan di dalam tulisan mereka di antara Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Rahimahullah Ta’ala bahwa kebahagian hidup dapat diraih apabila diberi nikmat ia bersyukur, apabila diberi ujian dan musibah ia bersabar, apabila berbuat dosa ia memohon ampun kepada Allah Ta’ala dengan taubat nashuha sebenar-benarnya taubat. Inilah tanda-tanda kebahagiaan hidup apabila manusia ingin meraihnya.

Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang bahagia yang diberi nikmat dan dikumpulkan bersama para nabi, para shiddiqiin, para syuhada, dan orang-orang shalih. Aamiin Ya Rahiim.

Tulisan ini dihadiahkan untuk seluruh umat manusia dimanapun ia berada.

Oleh Ismail Akzam, M.A.(Dosen Pendidikan Bahasa Arab FAI UIR, sedang menempuh S3 Arabic Linguistic IIUM)