CyberArk: Identitas Jadi Kunci Keamanan Siber di Era AI

Tekno7 Views

Di tengah perkembangan dunia digital yang semakin rumit, identitas kini menjadi titik lemah utama dalam ancaman siber. Baik identitas manusia maupun identitas perangkat dalam infrastruktur TI modern, keduanya kini menjadi sasaran mudah bagi pelaku serangan yang mencari celah untuk memasuki sistem perusahaan.

“Pada masa lalu, pelaku ancaman mencari kelemahan dalam jaringan atau sistem. Kini, mereka langsung menargetkan identitas,” kata Hendry Wijawijaya, Country Manager CyberArk Indonesia.

“Kami hadir untuk membantu organisasi dalam membangun pertahanan yang berfokus pada titik serangan baru ini,” katanya.

Teknologi kecerdasan buatan (AI) telah memberikan manfaat signifikan dalam dunia bisnis, mulai dari otomatisasi proses, analisis prediktif, hingga peningkatan efisiensi operasional. Namun, teknologi ini juga memiliki sisi gelap. AI memberikan kemampuan baru bagi pelaku kejahatan siber untuk melakukan serangan yang lebih cepat, canggih, dan sulit dikenali. Dengan alat berbasis AI, serangan bisa disesuaikan secara real-time, meniru tindakan pengguna sah, serta memanfaatkan kelemahan identitas baik manusia maupun mesin.

Hendry menekankan bahwa ancaman ini tidak dapat diatasi dengan pendekatan keamanan yang biasa digunakan. Diperlukan strategi khusus untuk melindungi akses dan hak istimewa (privileged access) yang dimiliki setiap identitas.

“Identitas merupakan benteng pertahanan yang baru. Melindunginya berarti mengurangi kesempatan bagi penyerang untuk bergerak bebas di dalam jaringan,” katanya.

CyberArk menyediakan platform keamanan identitas yang memanfaatkan teknologi AI untuk memberikan perlindungan instan. Salah satu fitur utamanya adalah analisis ancaman berbasis pembelajaran mesin, yang memungkinkan sistem mengenali aktivitas mencurigakan baik dari pengguna manusia maupun perangkat otomatis. Dengan demikian, ancaman potensial bisa dicegah sebelum berkembang menjadi insiden serius.

Pendekatan ini juga melibatkan pengelolaan hak istimewa secara otomatis, di mana semua akses bersifat just-in-time. Artinya, akses hanya diberikan ketika dibutuhkan dan langsung dihentikan setelah tugas selesai. Hal ini mengurangi potensi kebocoran data atau penyalahgunaan kredensial yang sering terjadi ketika akses tetap aktif tanpa pengawasan.

Teknologi canggih saja tidak cukup. CyberArk menekankan perlunya membangun kemampuan tim internal melalui pelatihan, evaluasi risiko gratis, serta pengembangan strategi keamanan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Dengan memahami pola ancaman dan cara kerja teknologi, tim internal mampu merespons insiden secara cepat dan efisien.

“Dimulai dari satu sistem, bahkan satu firewall, jika dikombinasikan dengan pengelolaan akses dan pemantauan terus-menerus, sudah bisa menjadi langkah awal yang penting,” tambah Hendry.

Di Indonesia, penerapan cloud, IoT, dan microservices berkembang pesat, tetapi hal ini juga menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah identitas perangkat. Tanpa pengawasan dan manajemen yang tepat, ancaman kebocoran data atau penyusupan akan terus meningkat. CyberArk telah bekerja sama dengan berbagai lembaga keuangan, perusahaan telekomunikasi, serta sektor pemerintah untuk membantu melindungi infrastruktur penting.

Selain itu, berlakunya Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) memaksa perusahaan untuk memastikan bahwa semua akses terhadap data sensitif diatur dan dilindungi sesuai aturan yang berlaku. Solusi CyberArk dirancang untuk membantu organisasi memenuhi standar tersebut sambil memperkuat keamanan siber.

Menggunakan pendekatan yang menyeluruh dan fleksibel dalam pengelolaan identitas, CyberArk memberikan perangkat kepada organisasi untuk menjaga keamanan data rahasia, mematuhi regulasi, serta memastikan kelancaran operasional. Di masa di mana AI menjadi bagian penting dalam bisnis sekaligus menjadi ancaman baru, keamanan identitas bukan lagi opsi tetapi kebutuhan mendesak.