Terasriau.com, Jumat, 15 maret 2019 menjadi hari yang kelam bagi seorang Romahurmuziy, Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Jagad pemberitaan di berbagai kanal sibuk membicarakan Romy yang terkena Operasi Tangkap Tangan (OTT) oleh KPK di Surabaya. Terhitung hanya berkisar satu bulan sebelum pesta demokrasi digelar tanggal 17 April, sosok yang menjadi salah satu inti dari Tim Kampanye Nasional (TKN) bermasalah. Apakah yang sebenarnya terjadi?
Romy Sang Politisi Lihai
Romy adalah salah satu politisi papan atas negeri ini. Konon katanya, perubahan nama Mahfud MD menjadi Ma’ruf Amin menjadi Cawapres pendamping Jokowi di detik-detik terakhir adalah ulah Romy (ditambah Cak Imin). Kelihaian Romy terlihat pada saat ia dengan cekatan menjadi Ketum PPP mengalahkan PPP versi Djan Fariz dkk (Setidaknya menjadi yang diakui oleh Pemerintah). Politisi yang tergolong masih muda ini membawa PPP masuk ke gerbong Jokowi (Dulu PPP masuk dalam kubu Prabowo di Koalisi merah putih) dan langsung mengambil posisi penting dalam pemerintahan. Sebagai salah satu orang penting di dalam ring satu kekuasaan negara ini, Romy tampak selalu ada di garis terdepan ketika ada high level lobbying. Terakhir kali Romy bermanuver membela Jokowi ketika Mbah Moen, sang ulama kharismatik yang juga Ketua Majelis Syariah PPP salah membaca doa dengan menyebutkan Prabowo sebagai pemimpin bangsa, padahal disebelahnya ada Jokowi. Romy langsung membuat video klarifikasi bersama Mbah Moen bahwa Mbah Moen lupa, seharusnya beliau mengucap Jokowi di dalam doanya.
TKN “Berguncang”
Apapun dalih untuk menyangkal bahwa TKN tidak terpengaruh karena OTT Romy , tampaknya tidak akan bisa meruntuhkan anggapan bahwa sekarang mereka dalam kondisi “terguncang”. Saya mengandaikan Romy sebagai salah satu tiang penopang dalam TKN. Ketika salah satu tiang mengalami goncangan yang kuat, maka otomatis bangunan secara keseluruhan juga agan berguncang. Kasus Romy ini membuat sedikit masalah dalam TKN, dua hal yang mungkin terbesit dalam TKN adalah bantu Romy atau singkirkan Romy. Opsi singkirkan Romy bisa jadi adalah opsi yang dipilih karena ini berkaitan dengan elektabilitas Jokowi di satu bulan menjelang Pilpres. Bagaimanapun ini bisa mempengaruhi mengingat Romy adalah orang dekat Jokowi. Jika Jokowi maupun timnya berupaya membela atau menyelamatkan Romy, maka berbahaya terhadap swing voters yang belum menentukan pilihan. Bisa jadi mereka golput atau berpindah ke Prabowo. Opsi singkirkan Romy memang terkesan jahat dan kejam, namun bukankah politik selalu begitu bukan? Kepentigan yang lebih besar sedang menanti bagi TKN yakni kemenangan Jokowi dalam Pilpres 2019.
Independensi KPK teruji
Saya yakin, Jokowi sebagai presiden pasti tidak ada memberikan komentar yang berarti atas kejadian yang menimpa Romy. “Saya menyerahkan kepada KPK untuk di proses sesuai dengan ketentuan yang berlaku” (kurang lebih) adalah kata-kata yang bakalan diucap oleh Jokowi. Di satu sisi beliau pasti ada rasa kecewa terhadap romy, di satu sisi, beliau mendapat angin segar terutama dari pendukungnya bahwa ini adalah bukti bahwa Jokowi tidak tebang pilih dalam memberantas korupsi. Buktinya, orang di lingkaran utamanya, yang mungkin merasa sudah sangat nyaman dan aman saja bisa di cokok KPK (Namun Jokowi harus ingat, ada kasus Novel yang belum menemukan kejelasan hampir 2 tahun ini). Perspektif ini setidaknya bisa sedikit mengamankan elektabilitas Jokowi di last minute Pilpres di gelar.
Namun yang pasti, kita semua harus mengapresiasi kinerja KPK. KPK dapat dengan sigap menangkap salah satu orang kuat salam eskalasi politik nasional. KPK pun tepat sekali menggunakan cara ampuh untuk menjerat politisi kelas atas yakni dengan cara Operasi Tangkap Tangan (OTT). OTT oleh KPK adalah cara agar KPK bisa lepas dari intervensi kekuasaan yang ada, karena bukti sudah jelas di depan mata. Jika Romy tidak dijerat melalui OTT maka ia pasti mengerahkan segala upaya untuk dapat lepas, termasuk dengan menggunakan pengaruhnya yang cukup kuat. Proses tersebut juga pastinya akan membuat KPK kerepotan dan memakan waktu lama untuk dapat menaikkan Romy ke status tersangka untuk kemudian di adili.
Nasibmu Romy
Teringat saya akan sebuah perkataan yang di lontarkan oleh Mahfud MD pada debat di ILC yang tidak lama berselang pasca gagalnya beliau mendampingi Jokowi. mahfud melontarkan kata “jangan main-main” kepada Romy. Mungkin perkataan Mahfud tersebut seakan menjadi sinyal agar Romy hati-hati dalam melakukan manuver-manuver politik. Akhirnya, peringatan yang diberikan oleh mahfud berbuah di tangkapnya Romy oleh KPK. Sekarang nasib romy agaknya sudah bisa di tebak jika dia sudah di tetapkan sebagai tersangka, yakni Ketua umum PPP akan di ganti, dengan dalih menyelamatkan PPP jelang pemilu, Romy terhempas dari arena kekuasaaan, lalu mendekam di penjara menyusul rekannya yang dulu juga ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto. Mungkin, jika Jokowi menang, Romy agak tertolong karena setidaknya ia dapat “aman”. Namun apabila Prabowo yang menang, saya hanya bisa mengucapkan selamat tinggal Romy dalam panggung perpolitikan Indonesia , bye bye Romy.