UIR Adakan Workshop LDIK untuk Bangun Atmosfir Kampus yang Islami dan Ilmiah

YLPI UIR958 Views

PEKANBARU (Terasriau.com) – Rektor Universitas Islam Riau (UIR), Prof Dr H Syafrinaldi SH MCL mengajak peserta Workshop Pembinaan Keislaman Lembaga Dakwah Islam Kampus (LDIK) untuk membangun atmosfir kampus yang islami dan ilmiah.

Dalam acara workshop Pembinaan Keislaman bagi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan di Lingkungan UIR yang bertajuk, ‘Kampus dan Civitas Akademika sebagai Sarana dan Sasaran Dakwah,’ ini berlangsung di Fakultas Hukum UIR.

Syafrinaldi menegaskan, bahwa setiap Civitas Akademika UIR wajib membangun atmosfer kampus yang islami dan ilmiah agar menjadi karakter universitas yang islami. Selain itu, tema radikalisme dalam beberapa tahun terakhir menjadi pembahasan yang menarik akibat munculnya pandangan pemikiran yang ekstrim. Bahkan perilaku dan perbuatan sejumlah orang yang bertentangan dengan nilai-nilai keislaman.

”Kita tidak menginginkan kampus dijadikan sarana radikalisme, atau perilaku civitas akademika yang negatif yang dapat merugikan kita semua,” kata Syafrinaldi di Pekanbaru, Sabtu (01/12/2018).

Agar tidak terjadinya tema radikalisme, Syafrinaldi menyerukan kepada LDIK untuk menyamaan visi misi bagi tenaga pendidik dan kependidikan, agar senantiasa berpedoman kepada ajaran-ajaran Islam dalam berfikir, bersikap dan berperilaku di kampus.

”Program workshop pembinaan ini sangat positif dan harus dilakukan secara berkesinambungan, baik untuk keperluan intern, dan bila perlu juga disasarkan kepada warga luar kampus yang berada di seputar UIR,” jelasnya lagi.

Pandangan senada disampaikan Dr H Iskandar Arnel MA, yang merupakan Dosen Pascasarjana UIN Suska Riau tentang makalah yang bertajuk, ‘Sekularisme, Pluralisme dan Liberalisme’ atau biasa disebut Sepilis.

Ia menyampaikan, bahwa bahaya Sepilis akan berimplikasi terhadap pemikiran seseorang yang mengatakan, semua agama sama-sama benar, sama-sama menyerukan yang benar dan sama-sama kembali kepada yang maha benar. Menurutnya, logika orang yang menyebut sama-sama benar ini, akan membawa kesesatan kepada umat jika tidak hati-hati.

Dalam konteks agama, ulas Iskandar, berfikiran liberal bermakna tidak terkait pada satu otoritas tertentu. Lebih tepatnya bebas dari segala bentuk ortodoksi dan tradisi yang selama ini dipraktikkan secara turun temurun.

”Bahayanya liberalisme karena sangat menentang penerapan hukum syari’ah di bidang-bidang pemerintahan, hak asasi wanita, hak asasi non muslim dan kebebasan berfikir,” ucap Iskandar.

Menurut Sekretaris LDIK UIR, Anton Afrizal Chandra, ia merasa akan pentingnya materi-materi yang berkaitan dengan bahaya sekularisme, pluralisme dan liberalisme diberikan kepada setiap civitas akademika UIR baik dosen, pegawai maupun mahasiswa. Ia juga menambahkan bahwa sangat penting pengetahuan yang Islam.

”Disitulah pentingnya pengetahuan tentang Islamic Worldview yang bercirikan pada metode berfikir yang tauhid integral. Artinya dalam memahami realitas dan kebenaran pandangan hidup Islam (islamic worldview) menggunakan metode yang tidak dikotomi,” terangnya.

Workshop Pembinaan Keislaman bagi Tenaga Pendidik dan Kependidikan ini juga dihadiri Wakil Rektor Bidang Akademik Dr. H. Syafhendry, M.Si, serta Ketua dan Sekretaris LDIK Dr. H. Zulhelmi dan Anton Afrizal Candra, MSi.

Editor Adri