PEKANBARU, (Terasriau.com) – Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemprov Riau siap menetapkan status siaga darurat banjir. Hingga saat ini, sudah ada tiga kabupaten yang menetapkan status siaga darurat banjir. Jika banjir tidak surut dan kondisinya kian mengkhawatirkan Pemprov Riau siap menetapkan status siaga darurat banjir.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Riau Edwar Sanger mengatakan, tiga kabupaten itu adalah Kuantan Singingi (Kuansing), Rokan Hulu (Rohul), dan Rokan Hilir (Rohil).
Dikatakan Edwar Sanger, pihaknya akan mengkoordinasikan dengan stakeholder terkait dan Pelakaana Tugas (Plt) Gubernur Riau terkait penetapan status siaga banjir provinsi.
banjir untuk provinsi, kenapa tidak? Tapi kami koordinasikan dengan pihak terkait. Termasuk kami akan laporkan kondisi terkini di kabupaten dengan Plt Gubernur Riau,” kata Edwar Sanger saat ditemui Riau Pos di ruangan kerjanya, Kamis (8/11) siang.
Dalam penetapan status siaga banjir Riau, menurut mantan Penjabat Wali Kota Pekanbaru ini, tak sama dengan penetapan siaga kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
“Tidak ada indikator, harus berapa daerah yang menetapkan status terlebih dahulu. Jadi harus berani daerah menetapkan baru kita tetapkan. Kalau banjir kita melihat fluktuatifnya,” ujarnya.
Namun, kata Edwar, kalau memang banjirnya besar dan lama, pihaknya akan menetapkan status siaga banjir Provinsi Riau. Tapi kalau banjir di Inhu dan daerah lainnya seperti banjir di Bengkalis hanya sebentar, pihaknya belum menetapkan status siaga. Edwar juga menyampaikan, pihaknya dan intansi terkait seperti dinas sosial sudah diinstruksikan Plt Gubernur Riau untuk segera melakukan langkah-langkah optimalisasi dalam membantu korban banjir.
“Makanya sejak beberapa hari ini kami sudah turunkan tim ke Inhu dan Bengkalis. Sebelumnya, kami juga melakukan langkah antisipasi bangkit di Kampar jika sewaktu-waktu PLTA melakukan penambahan buka pintu pelimpahan waduk,” ujarnya.
Di Kampar, kata dia, hingga saat ini belum ada daerah yang terendam banjir akibat dibukanya pintu buangan PLTA Koto Panjang.
“Meski begitu, kami tetap lakukan koordinasi dengan BPBD setempat. Mereka siap turun kapan saja jika memang ada banjir,” katanya.
Banjir di sejumlah daerah di Riau bisa dikatakan bencana rutin. Setiap tahun terjadi. Sehingga perlu solusi dalam menangani masalah ini. Dalam penanganannya, pemerintah harus melibatkan ahli geospasial.
Ketua Ikatan Surveyor Indonesia (ISI) Komisariat Wilayah (Komwil) Riau Hafis Ahmad yang juga ahli dalam bidang itu mengatakan, geospasial ilmu yang mempelajari tentang lokasi geografis, dimensi atau ukuran, karakteristik objek alam dan buatan manusia yang berada di bawah dan di atas permukaan bumi. Sehingga, dalam penanganan banjir, harus ada kajian geospasialnya. “Terkait dengan penanganan banjir di sejumlah daerah di Riau, ini pentingnya ahli geospasial,” kata Hafis.
Dijelaskannya, ahli geospasial akan memberikan informasi terkini dan akurat terkait permukaan bumi. Mereka bisa menceritakan, berapa ketinggian permukaan, hingga luas permukaan tersebut. Ahli geospasial, kata dia, juga bisa memetakan tentang kondisi keruangannya dan tutupan lahan, cakupan lahan, dan catchment area.
“Jadi ke mana luapan air, daerah mana yang terendam, bisa diprediksi. Kami bisa beri analisa dan kajian ilmiahnya. Kajian itu harus secara menyeluruh. Jangan hanya sebagian wilayah saja,” sambungnya.
Dalam melakukan kajian, kata dia, ahli geospasial akan menggunakan alat-alat modern. Sehingga hitungan-hitungan tidak akan meleset.
“Tidak hanya pakai meteran saja, kami gunakan GPS, foto udara, citra satelit. Jadi ilmu geospasial ini bukan hanya mengukur soal tanah saja,” kata dia.
Dikatakan Haffis, terkait banjir akibat meluapnya Sungai Kampar, juga bisa dilakukan kajian. Hasil kajian, kata dia, bisa mengusulkan untuk normalisasi, dan bisa usulan lain. Menurutnya, untuk mengantisipasi banjir, harus disediakan daerah resapan air. Harus dipetakan, mana daerah yang boleh dibangun, mana yang tidak. “Kita bisa hitung itu semua. Bahkan kajian curah hujan,” kata dia.
Dalam melihatkan ahli geospasial ini, kata dia, jangan hanya satu dua orang saja. Tapi dalam bentuk tim. Hasil kajian tersebut, dapat memprediksi daerah-daerah yang akan terendam banjir. Bahkan kedalaman air yang merendam bisa diukur.
“Contoh, di tahun lalu kawasan tersebut terendam 50 cm. Tahun ini, terendam 1 meter. Nah, ini harus diantisipasi dengan kajian-kajian secara geospasial,” sebutnya.
Dia juga menyebut, saat ini pihaknya telah menciptakan peta tunggal. Peta tersebut tersertifikasi dan terverifikasi oleh Badan Infirmasi Geospasial.
“Kami keluarkan peta bukan sembarangan. Semuanya, ada hitungan yang pas. Sejauh ini belum ada peta dengan akurasi tinggi itu,” ujar Hafis.
Sumber : Riaupos