Terasriau.com, Pekanbaru – Pernahkah kita menghitung berapa banyak nikmat yang diberi Allah? Dapatkah kita bayangkan bila nikmat itu ditagih, sama seperti PLN menagih rekening listrik. Bagaimana kalau oxygen yang kita hirup harus dibayar. Berapa kita mampu membelinya sehari, satu bulan atau setahun.
Pertanyaan itu dilontar Ustadz Mas’ud Tahidin, SPt, MM memulai Kajian Bulanan bertajuk, ‘Dorongan Ruhiyah untuk Memotivasi Kerja di Kalangan Intelektual Muslim, Sukses Dunia dan Akhirat’ yang ditaja Lembaga Dakwah Islam Kampus Universitas Islam Riau (LDIK UIR) di Masjid Al Munawwarah UIR, Jum’at (8/3). Kajian dihadiri Rektor UIR Prof Dr H Syafrinaldi, Ketua Umum YLPI Riau Dr Nurman, Wakil Rektor I Dr H Syafhendry, Wakil Rektor III Ir Rosyadi, Kepala LDIK Dr Zulhelmy dan Sekretaris Anton Afrizal Chandra SAg, MSi, Dosen dan Pegawai di lingkungan UIR.
Menurut Mas’ud, Allah telah memberi nikmat luar biasa besar kepada setiap manusia. Seorang artis yang terbaring sakit berbulan di-bulan luar negeri harus menarik dompet Rp 4,5 miliar setahun karena kekurangan oxygen. Kalau Allah suruh kita membayar oxygen sejak lahir hingga usia sekarang, berapa uang kita keluarkan.
‘’Tapi Allah tidak hitung. Kita bebas gunakan udara. Kita juga diberi kebebasan meminta apa saja yang belum kita miliki. Dia Kabulkan semua keinginan kita,’’ kata Mas’ud. Allah firmankan, ‘’barang siapa yang bersyukur kepada Ku akan Ku tambah nikmat itu, sebaliknya barang siapa yang kufur ingat sesungguhnya azab Ku sangatlah pedih’’.
Allah beri semua kenikmatan. Lalu, ulas Mas’ud, tak pernah Ia masalahkan apakah kita mau bermaksiat atau beribadah kepada Nya. Dia anugerahkan nikmat kehidupan dan rezeki. Dari rezeki, kita mampu membeli mobil, sepeda motor, mengkuliahkan anak, memakai sepatu dan jam tangan bermerek. Di lain sisi, kita sadar berapa banyak orang di sekitar kita hidup pas-pasan. Makan seadanya, tak punya apa-apa dibanding kita. Tapi mereka hidup bahagia karena selalu bersyukur atas nikmat Allah. ‘’Boleh jadi kedudukan mereka di sisi Allah lebih mulia daripada kita,’’ ujar alumni Lemhanas ini.
Mas’ud mencontohkan, lelaki bernama Maulana. Tinggal di Jakarta Barat dan berusia 54 tahun. Fisiknya tak sempurna karena beberapa anggota tubuhnya cacat. Tapi ia seorang pekerja keras dan berhati jujur. Untuk menutupi kebutuhan hidupnya Maulana membuka bengkel sepeda motor. Awalnya, tak seorang pun percaya dengan Maulana. Selain cacat juga ragu apakah motornya akan baik. Jangan-jangan sebaliknya. Tapi Maulana tak menyerah. Ia terus berdoa kepada Allah. Akhirnya, bengkel Maulana maju. Sejumlah orang pun ia pekerjaan.
‘’Sebaik-baik manusia adalah manusia yang mampu memberi manfaat bagi orang lain,’’ tukas Mas’ud.
Jadi, tanamkanlah selalu kejujuran dalam bekerja. Beri orang lain motivasi, selalu bersikap mandiri. Jangan menyusahkan orang lain. Insha Allah, ucap Mas’ud, akan kita dapati kesuksesan di dunia dan akhirat.
Rektor UIR Prof Syafrinaldi berterima kasih kepada Ustadz Mas’ud Tahidin. Menurutnya, Mas’ud telah mengingatkan kita selalu bersyukur agar kita tak termasuk ke dalam golongan orang-orang yang kufur. Ia berharap kajian bulanan ini dapat terus dilaksanakan LDIK dalam rangka mengisi ruhani.
‘’Mudah-mudahan kajian rutin ini semakin meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah SWT,’’ harap Syafrinaldi didampingi Ketua LDIK Zulhelmy dan Sekretaris Anton Afrizal Chandra.*
(Red)