Produsen Mobil Tiongkok Cari Celah Hadapi Tarif Tinggi Eropa, Mobil Hybrid Jadi Solusi

Otomotif9 Views

Lintaskriminal.co.id -Beberapa merek otomotif asal Tiongkok mulai berpikir keras untuk menghindari bea impor yang tinggi dari Uni Eropa terhadap kendaraan listrik (EV) yang berasal dari Negeri Tirai Bambu. Strateginya? Membuka pabrik di kawasan Eropa dan memperkuat lini kendaraan hybrid yang masih berada di “zona aman”.

Mobil hybrid terbilang lebih aman karena hanya sedikit model yang dikenai pajak impor yang tinggi. Terlebih lagi, tren kendaraan hybrid di Eropa tetap diminati oleh para konsumen. Tidak heran jika merek-merek asal Tiongkok kini semakin giat menawarkan model hybrid ke pasar Eropa, bahkan berhasil mencatatkan rekor penjualan yang baru.

Dataforce melaporkan bahwa BYD mampu mendaftarkan sebanyak 20.000 unit kendaraan.plug-in hybridPHEV di Eropa selama semester pertama 2025. Angka tersebut lebih dari tiga kali lipat dibandingkan jumlah PHEV yang mereka ekspor sepanjang tahun 2024.

MG juga menunjukkan peningkatan yang serupa. Dalam periode Januari–Juni tahun ini, impor mobil PHEV merek tersebut melebihi total penjualan selama satu tahun penuh 2024. Hal yang sama juga dilakukan oleh Lynk & Co yang semakin aktif mengirimkan kendaraan hybrid ke pasar Eropa.

Alasannya jelas: tarif yang jauh lebih rendah dibanding kendaraan listrik murni. Sebagai contoh, BYD Atto 3 yang dijual di Jerman harus membayar bea masuk sebesar 10 persen ditambah bea tambahan 17 persen. Total tarif sebesar 27 persen tersebut menyebabkan harga SUV listrik tersebut meningkat sekitar 10.000 euro (Rp191 juta).

Sebaliknya, model PHEV seperti BYD Seal U hanya dikenakan pajak impor sebesar 10 persen atau sekitar 3.999 euro (Rp76 juta). Dengan harga dasar 39.999 euro (Rp766 juta), beban pajak ini dianggap jauh lebih ringan dibandingkan EV murni.

Dampak dari tarif lebih terasa pada SAIC, perusahaan induk dari MG. Perusahaan ini menerima tarif tertinggi dari Uni Eropa, yaitu sebesar 45,3 persen untuk mobil listrik yang diimpor. Akibatnya, penjualan mobil listrik MG di Eropa turun drastis sebesar 60 persen selama enam bulan pertama tahun 2025. Namun, penjualan model hybrid seperti MG HS, MG ZS, dan MG 3 justru meningkat signifikan.

“Secepat atau sebelumnya, produsen mobil Tiongkok akan mengubah arah strategi mereka setelah adanya tarif khusus. Fokus pada kendaraan hybrid merupakan langkah yang wajar untuk mempertahankan pangsa pasar,” kata Direktur Pusat Penelitian Otomotif Jerman, Beatrix Keim.

Komisi Eropa diketahui menyadari celah tersebut. Namun, alih-alih segera menutupnya, mereka memutuskan untuk menunggu dan membuka ruang negosiasi dengan produsen mobil Tiongkok. Hal ini membuat langkah “penyelamatan hybrid” dari pabrikan Tiongkok semakin mudah dilakukan dalam beberapa waktu mendatang.

Leave a Reply