Ketegangan Impor Truk Tiongkok, Karoseri Ungkap Kemitraan dengan Merek Luar Negeri

Otomotif16 Views

Di tengah perdebatan mengenai jumlah impor truk dari Tiongkok yang digunakan untuk operasional pertambangan, Sandy Riadi, Kepala Departemen Penjualan dan Pemasaran Metalindo Teknik Utama (MTU) Karoseri, mengungkapkan bahwa beberapa merek asing telah menyatakan keinginan untuk bermitra.

Prinsipal seperti Foton dan Shacman telah pernah melakukan studi pembuatandump trucklokal, ke tempat kami juga pernah melakukan studi terkait perbandingan biaya produksi dan pengiriman. Selanjutnya mengenailead time (waktu produksi total) mereka, karena keterbatasannyalead timeunit,” kata Sandy saat diwawancarai di Kemayoran, Jakarta (12/9/2025).

Foto dan Shacman adalah salah satu dari sedikit merek asal Tiongkok yang memiliki kegiatan bisnis di Indonesia, sementara merek lain dalam segmen kendaraan komersial adalah FAW yang telah menjadi anggota Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo).

Mereka memiliki unit bekas tetapi jika tidak dapat digunakan, mereka harus membuatnya sendiri secara lokal. Jika tetap mengambil dari Tiongkok, itu memakan waktu dua hingga tiga bulan, jadi kami sebenarnya unggul di sini.lead timedan harganya,” tambah Sandy saat menjelaskan sedikit mengenai penelitian tersebut.

Ia yakin perusahaannya atau karoseri lain di Indonesia sebenarnya mampu memproduksi komponen pendukung, untuk truk atau kendaraan komersial lainnya dengan kualitas yang tinggi.

Beberapa merek Tiongkok sudah kamisoundingSoal ini, mereka akan mencoba memeriksa aturan pembuatan lokal. Akhirnya nanti bisa dilihat mana yang lebih ekonomis dan murah dibandingkan dengan yang di sana,” jelas Sandy.

Meskipun demikian, pihaknya tetap berharap adanya kejelasan mengenai peraturan yang mengatur impor truk, khususnya untuk kebutuhan pertambangan. Menurutnya, hal ini hanya bertujuan untuk mendukung industri manufaktur dalam negeri.

Kembali ke inti utama, selama regulasi belum ada, kami tetap menghadapi kesulitan. Jika dari pihak karoseri, sebenarnya setiap tahun telah meminta adanya regulasi sejak tiga tahun lalu,” katanya.

Sebenarnya yang kami butuhkan adalah aturan terkaitmining transportkarena jika sudah ada peraturannya, kami sebagai pelaku karoseri menjadi lebih tenang. Artinya bisa menampung banyaknya permintaan dari produk China tersebut dan bisa bekerja sama dengan karoseri lokal,” tambah Sandy.

Sama seperti Sandy, Anggota dan juga pengurus Asosiasi Karoseri Indonesia (Askarindo), Sommy Lumajeng pernah menyampaikan mengenai fenomena impor truk dalam jumlah besar yang menurutnya dapat merusak persaingan sehat di industri dalam negeri.

“Jadi banyak truk impor yang digunakan di sektor pertambangan memang masuk melalui jalur BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal/Kementerian Investasi). Cara masuknya memang sah, tapi menurut saya di sana ada celah,” katanya kepada Lintaskriminal.co.id.

Selain itu, mekanisme impor truk Tiongkok melalui BKPM memungkinkan perusahaan untuk mengajukan izin investasi dengan rencana impor alat berat atau truk tambang sebagai bagian dari kebutuhan operasional serta bentuk investasi strategis. Kendaraan besar ini diatur dalam sistem impor utuh (CBU).

Sommy menambahkan, selain harganya lebih murah, kendaraan-kendaraan yang berstatus Completely Built Up (CBU) tersebut juga belum memenuhi standar sertifikasi Euro 4 untuk kendaraan bermotor diesel di dalam negeri, menurut pengamatannya.

Ini justru menjadi tidak sesuai dengan aturan yang berlaku. Intinya kami adafairness saja begitu, melalui celah aturan sebelumnya mungkin pemerintah dapat meninjau kembali,” katanya.

Kerajinan bodi kendaraan, yang merupakan salah satu sektor industri yang membutuhkan banyak tenaga kerja dan berkontribusi terhadap perekonomian negara. Sommy khawatir, menurunnya permintaan kerajinan bodi dapat menyebabkan gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ini dikhawatirkan mengganggu dua penghidupan, dua bisnis. Kira-kira seperti itu, apalagi karoseri ini termasuk industri yang membutuhkan tenaga kerja banyak serta memiliki rantai bisnis denganvendor, supplier,” tukas Sommy.