TERASRIAU, PEKANBARU – Bisnis Indonesia, media ekonomi terbesar di Indonesia, kembali menggelar forum diskusi Bisnis Indonesia Economic Outlook (BIEO) 2025 di Pekanbaru. Acara ini menjadi wadah pembahasan berbagai tantangan ekonomi yang dihadapi Provinsi Riau, seperti keterbatasan anggaran, infrastruktur, dan kebutuhan diversifikasi ekonomi.
Kepala Perwakilan Bisnis Indonesia Pekanbaru, Aang Ananda Suherman menegaskan pentingnya forum ini untuk mengidentifikasi solusi atas berbagai persoalan ekonomi Riau.
“Kami ingin fokus pada bagaimana memacu pertumbuhan ekonomi Riau di tengah terbatasnya anggaran. Tahun depan, APBD Provinsi Riau diproyeksikan hanya Rp9,2 triliun, yang menjadi tantangan besar untuk terus menjaga pertumbuhan di atas 4%,” ungkapnya Selasa (10/12/2024).
Dia juga menekankan Bisnis Indonesia adalah satu-satunya media nasional dengan kantor perwakilan di Pekanbaru, yang telah hadir selama lebih dari 20 tahun. “Kami berharap kegiatan ini menjadi forum diskusi yang bermanfaat untuk semua pihak demi mendukung pertumbuhan ekonomi Riau yang berkelanjutan,” tambahnya.
Pada sesi diskusi, Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Riau, Abdul Madian, menyebutkan pertumbuhan ekonomi Riau tahun ini mengalami penurunan dari 4,2% pada 2023 menjadi di rentang 3% di 2024.
“Kita tidak ingin terjebak pada ‘kutukan 3%’. Riau harus mengoptimalkan potensinya, termasuk mendorong hilirisasi kelapa dan karet, serta memanfaatkan infrastruktur seperti Tol Sumatra untuk mengembangkan bisnis logistik,” ujarnya.
Madian juga memaparkan tujuh tantangan utama ekonomi Riau, seperti terbatasnya dukungan UMKM, defisit anggaran, kerusakan lingkungan, dan ketergantungan terhadap sumber daya alam.
“Diversifikasi ekonomi menjadi kunci, terutama dengan fokus pada ekonomi hijau, transformasi digital, serta penguatan SDM dan UMKM,” katanya.
Realisasi investasi di Riau, yang mencapai Rp87 triliun pada 2023, menjadi sinyal positif. Namun, Madian memperingatkan bahwa tantangan investasi, seperti infrastruktur jalan yang belum memadai, masih menjadi penghambat utama.
Dari sisi dunia usaha, Penasehat Apindo Riau, Viator Butarbutar, menyoroti pentingnya memperbaiki kualitas faktor pendorong ekonomi.
“Riau kaya, tapi pertumbuhan ekonominya hanya berkisar di angka 3-4%. Tantangan ini harus diatasi dengan memperbaiki iklim investasi dan mendukung usaha kecil yang masih kalah bersaing dengan ritel besar,” jelas Viator.
Menurut dia Riau tidak bisa lagi sepenuhnya bergantung pada dana transfer pusat. Riau harus lebih kreatif dan inovatif dalam mengelola sumber daya lokal.
Sementara itu kalangan akademisi, Dahlan Tampubolon, ekonom dari Universitas Riau menambahkan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional pada 2025 diperkirakan di angka 5,3-5,5%, sementara Riau optimis dapat tumbuh hingga 4,3%.
“Namun, Riau harus berhati-hati dengan risiko global, seperti perlambatan ekonomi China, perubahan iklim, dan kebijakan PPN yang dapat menekan daya beli masyarakat,” paparnya.
Dahlan juga menyoroti perlunya transformasi ekonomi Riau menuju ekonomi hijau, termasuk melalui pemanfaatan limbah sawit untuk biogas dan pengembangan UMKM berbasis digital.
Dengan berbagai tantangan yang dihadapi, seluruh pemangku kepentingan di forum ini sepakat bahwa inovasi, kolaborasi, dan diversifikasi ekonomi adalah kunci untuk menjaga pertumbuhan Riau di masa depan.
Forum ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi strategis bagi pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk bersama-sama menjawab tantangan ekonomi pada 2025 mendatang.(*)