Sepucuk Surat Ulama’ Kepada Salah Seorang Saudaranya (Bagian 1)

YLPI UIR559 Views

Pekanbaru, Riau- Allah tempat memohon dan berharap terkabulnya doa agar memperbaiki saudaraku di dunia dan akhirat, memberi manfaat seuntai nasihat ini, dan menjadikannya mendapat keberkahan dimanapun ia berada. Keberkahan seseorang itu ada pada pengajarannya kepada kebaikan untuk memberi jalan keluar persoalan hidupnya, nasihatnya kepada siapa yang berkumpul bersamanya. Allah Ta’ala berfirman mengabarkan keadaan Nabi Isa ‘Alaihis Salam: (Dan Allah telah mengaruniaiku keberkahan dimanapun aku berada) {Surat Maryam: 31}. Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan bahwa keberkahan seseorang itu apabila ia senantiasa mengajarkan kebaikan, berdakwah kepada Allah, memberi peringatan dengan ayat-ayat Allah, senantiasa bersemangat ta’at kepada-Nya. Ini adalah tanda keberkahan seseorang. Siapa yang tidak ada padanya tanda-tanda ini sungguh ia jauh dari keberkahan. Menghapus keberkahan bertemu dan berkumpul dengan-Nya bahkan menghapus keberkahan bersama orang-orang yang bertemu Allah dan berkumpul dengan-Nya. Terhapusnya keberkahan tersebut adalah tersia-sianya waktu dan rusaknya hati. Semua kebinasaan itu menimpa atas hamba sebabnya hilangnya waktu luang dan rusaknya hati. Ia mendapatkan hilangnya kebahagiaan dari Allah Ta’ala, turunnya derajat dan kedudukannya di sisi Allah Tabaraka wa Ta’ala. Karena ini para ulama mewasiatkan: “Berhati-hatilah berkumpul dengan orang-orang yang menyia-nyiakan waktunya dan merusak hatinya, sesungguhnya ketika tersia-sia waktunya dan rusak hatinya maka semua urusannya melampaui batas. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan di dalam ayat-Nya: (Janganlah engkau mengikuti orang-orang yang kami lalaikan hatinya dari mengingat Kami dan menuruti hawa nafsunya. Adalah keadaannya itu melampaui batas) {Al Kahfi: 28}.

Perhatikanlah keadaan manusia ini, terdapat pada mereka semuanya sifat tersebut bahwa kebanyakan mereka lalai hatinya dari mengingat Allah Ta’ala, mengikuti hawa nafsunya, dan semuanya urusan dan kesibukan mereka menjadi melampaui batas, yaitu mereka menjauh dari apa yang bermanfaat bagi mereka dan kebaikan untuk mereka, mereka sibuk dengan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi mereka bahkan mereka berbuat sesuatu yang membahayakan bagi dunia dan akhiratnya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya memerintahkan agar tidak mengikuti mereka yang melampaui batas. Ketaatan kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak sempurna kecuali dengan tidak mengikuti orang-orang melampaui batas. Sebenarnya mereka mengajak kepada penyebab persoalan kehidupan mereka yaitu mengikuti hawa nafsu dan lalai dari mengingat Allah Ta’ala.

Kelalaian dari mengingat Allah dan negeri akhirat yang bergandengan dengan menuruti hawa nafsunya, mengakibatkan terjadinya setiap kejelekan dengan sebab keduanya.

Perhatikanlah kerusakan orang-orang yang berilmu secara umum dan khusus terdapat padanya dua hal pokok. Kelalaian seputar antara hamba dengan keadaan kebenaran, pengetahuan, dan ilmu yang dimilikinya (yaitu tidak mengamalkan ilmunya) jadilah ia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kelalaian dari mengikuti kebenaran, kehendak Allah, dan beribadah kepada-Nya karena ia orang-orang yang mengikuti hawa nafsu jadilah ia termasuk orang-orang yang dimurkai Allah Jalla wa ‘Ala.

Adapun orang-orang yang diberi nikmat atas mereka adalah orang-orang yang Allah karuniai pengetahuan kebenaran secara ilmu, dengan tunduk kepada-Nya dan tidak beribadah kepada selain-Nya secara amalan, mereka adalah orang-orang yang berada di atas jalan keselamatan, dan selain mereka adalah orang-orang yang berada di atas jalan kebinasaan. Karena ini Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kita untuk membaca surat Al-Fatihah sehari semalam beberapa kali (Tunjukilah kami ke jalan yang lurus [6] Yaitu jalan orang-orang yang diberi nikmat atas mereka, bukan jalan yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang yang sesat [7] {Al-Fatihah:6-7}.

Setiap hamba harus dengan kesungguhannya untuk mengetahui apa yang bermanfaat bagi kehidupannya di dunia dan bekalnya di akhirat, bersemangat dengan penuh motivasi terhadap apa yang bermanfaat baginya, dan menjauhi apa yang berbahaya baginya. Menggabungkan dua hal ini menjadikan ia diberi hidayah menuju Shirathal Mustaqi:m (Jalan yang Lurus). Apabila ia luput dari mengetahui dan mengilmui jalan yang lurus itu maka ia termasuk orang-orang yang sesat (Adh-Dhollun). Apabila ia luput dari mengamalkan dan mengikuti jalan yang lurus itu maka ia termasuk orang-orang yang dimurkai oleh Allah Ta’ala (Al-Maghdhubu ‘Alaihim). Oleh karena itu dengan ini mengetahui kedudukan doa ini (Al Fatihah: 6-7) yang sangat memerlukan doa ini untuk membacanya dan berdoa dengannya agar mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Wallahul Musta’an wa ‘Alaihit Tuklan.

Rujukan: Risalah Ibnil Qayyim Ila Ahadi Ikhwanihi, 751 H

oleh Ustadz Ismail Akzam, M.A. (Dosen PBA FAI UIR)*
*Beliau sedang menempuh S3 Arabic Linguistic Studies IIUM Malaysia